Imbas Semburan Belerang

 20 Ton Ikan di Danau Batur Mati

20 Ton ikan mati di Bangli

BALI--(KIBLATRIAU.COM)-- Imbas semburan belerang yang terjadi di kawasan Danau Batur, di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, membuat ribuan ikan jenis nila mati di Keramba Jaring Apung (KJA).''Yang sudah kita evakuasi sekitar 17,8 ton. Kalau petani yang terdampak ada puluhan, ada milik kelompok dan ada milik per orangan juga,'' ujar I Wayan Sarma selaku Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, saat dihubungi, Senin (19/7).''Jadi, yang kita sudah evakuasi kan segitu 17,8 ton. Tetapi, kan ada juga masyarakat kumpulkan dari kerambanya atas kesadarannya sendiri, mereka kubur di lahannya sendiri, ada sampai (20 ton) ada. Bisa sampai,'' imbuhnya.

Ia mengatakan, semburan belerang itu terjadi akibat semburan belerang dari lereng Gunung Batur yang sudah terjadi pada Rabu (14/7) pagi lalu. Namun, informasi ikan diketahui mati terjadi pada Kamis (15/7) lalu. Namun, untuk kerugian belum bisa dihitung karena proses evakuasi ikan yang telah mati masih dilakukan hingga saat ini. Tetapi, untuk harga ikan nila di pasaran perkilo gramnya sekitar Rp 28 ribu.

Ia juga menyampaikan, untuk kapan akan berhenti kematian ikan di kawasan tersebut tidak bisa diprediksi. Namun, semburan belerang baru berhenti antara empat atau seminggu lagi.''Kalau kerugian masih proses ini, mudah-mudahan tidak terlalu banyak. Tadi pagi kita lakukan (evakuasi) hanya dapat 800 kilo gram karena angin masih bertiup kencang sehingga masyarakat terhalang untuk mengumpulkan bangkai-bangkai ikan. Mudah-mudahan secepatnya (berhenti) iya paling tidak bisa sampai empat dan satu Minggu,'' kata Sarma.

Seperti yang diberitakan, air di Danau Batur di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali, berubah warna menjadi hijau. Perubahan warna air itu, mulai terjadi Rabu (14/7) dini hari.Perubahan warna itu, terjadi akibat semburan belerang dari lereng Gunung Batur."Iya, tadi jam 3 pagi (berubah warna). Penyebabnya, karena semburan belerang dari Gunung Batur. Itu, danau vulkanik dengan gunung Batur," kata I Wayan Sarma selaku Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli, saat dihubungi, Rabu (14/7) lalu.

Fenomena perubahan warna air Danau Batur itu, adalah fenomena tahunan yang bisa terjadi satu tahun dua kali. Namun, untuk kembali normal tergantung hembusan angin di kawasan tersebut.''Tergantung angin, kalau angin masih kencang bisa jadi semingguan. Kalau tidak disertai dengan angin kencang paling lama sudah 4 hari selesai,'' terangnya.

Ia juga menyatakan, bila fenomena tersebut terus berlanjut akan berdampak kepada para peternak atau pertanian ikan di wilayah sana. Namun, untuk saat ini belum ada laporan kematian ikan di wilayah tersebut.''Kalau besar semburannya ikan-ikan akan mati. Itu, fenomena setiap tahun bisa jadi dua kali ini terakhir dan awal Maret yang lalu terjadi,'' jelasnya. Ia juga menyebutkan, di kawasan Danau Batur ada sebanyak Keramba Jaring Apung (KJA) 12 ribuan dan petani atau pertenak Ikan Nila ada sekitar 500.''Kalau petani sekitar 500 yang membudidayakan ikan nila. Belum (ada laporan) sampai saat ini ikan mati tetapi kalau berlanjut disertai dengan semburan tidak berhenti-henti biasanya disertai kematian ikan,'' ujarnya.

Namun, pihaknya menyampaikan untuk fenomena tersebut sudah diketahui oleh para peternak dan petani di kawasan Danau Batur dan pihaknya sudah melakukan edukasi kepada masyarakat yang memiliki KJA.''Mereka, sudah hafal dan familiar dengan fenomena ini. Karena setiap tahun terjadi, bahkan setahun bisa dua kali. Kita sudah sering berikan mereka pemahaman dan edukasi yang bisa kita lakukan adalah menyesuaikan dengan semburaan ini,'' sebutnya.''Artinya pada saat menebar (benih ikan) mengatur pada bulan-bulan ini yang biasanya Februari-Maret dan Juli sampai Agustus. Ini ikan sudah mulai panen, sehingga bisa mengurangi kerugian,'' tutur Sarma.(Net/Hen)


Berita Lainnya...

Tulis Komentar